Pada tahun 2008, seorang tokoh misterius yang menggunakan nama samaran "Satoshi Nakamoto" menerbitkan White Paper Bitcoin, yang segera menarik perhatian di seluruh dunia. Bapak Bitcoin ini dengan cepat membangun komunitas yang sedang berkembang pesat, tetapi aktivitas publiknya tiba-tiba terhenti.
Pada bulan Desember 2010, sebuah peristiwa penting menjadi titik balik pengunduran diri Satoshi Nakamoto. Saat itu, WikiLeaks, setelah saluran donasi tradisionalnya diblokir oleh pemerintah AS, mulai menerima donasi Bitcoin. Keputusan ini memicu sorakan di komunitas Bitcoin, tetapi Satoshi Nakamoto sangat menentangnya. Ia merasa bahwa tindakan ini terlalu cepat menarik perhatian pemerintah, seperti "menusuk sarang tawon" yang sangat berbahaya.
Kemudian, Satoshi Nakamoto memulai persiapan untuk mundur. Ia pertama-tama menghapus profil pribadinya di situs web, lalu menyerahkan hak pengelolaan kepada kontributor inti. Pada April 2011, ia mengirimkan email publik terakhir, meminta dunia untuk menghentikan pengagungannya.
Pada tahun 2014, seorang insinyur keturunan Jepang bernama Dorian Nakamoto salah dianggap sebagai pendiri Bitcoin. Namun, Satoshi yang sebenarnya segera mengklarifikasi melalui email: "Saya bukan Dorian." Ini menjadi pernyataan publik terakhirnya. Sejak itu, selain beberapa informasi kacau yang dikeluarkan dari akun-akun yang diduga diretas, Nakamoto tidak memberikan pernyataan resmi lagi.
Kehilangan Satoshi Nakamoto bukanlah kebetulan, melainkan keputusan yang matang. Ketidakberdayaan yang selektif ini bukan hanya untuk melindungi ide desentralisasi Bitcoin, tetapi juga untuk menghindari risiko yang mungkin ditimbulkan oleh perhatian publik.
Sebagai pendiri Bitcoin, identitas Satoshi Nakamoto telah menjadi misteri yang belum terpecahkan. Pengunduran dirinya yang tiba-tiba meninggalkan banyak pertanyaan, serta menambah lapisan misteri pada Bitcoin. Meskipun identitas aslinya masih merupakan teka-teki, warisan yang ditinggalkannya—Bitcoin dan teknologi blockchain—terus memiliki dampak yang mendalam di seluruh dunia.
Kisah Satoshi Nakamoto mengingatkan kita bahwa terkadang para inovator memilih untuk berada di balik layar, mungkin agar ciptaan mereka dapat berkembang secara alami tanpa pemujaan pribadi. Pendekatan ini mungkin dapat lebih baik mewujudkan konsep desentralisasi, menjadikan teknologi itu sendiri sebagai tokoh utama.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
16 Suka
Hadiah
16
7
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
ApeShotFirst
· 09-01 05:16
Bit Cao Wo Cao!!!!!
Lihat AsliBalas0
ProbablyNothing
· 08-31 16:44
Ini adalah jalan yang paling sederhana.
Lihat AsliBalas0
TerraNeverForget
· 08-31 05:51
Satoshi Nakamoto adalah saya
Lihat AsliBalas0
InscriptionGriller
· 08-31 05:50
Apakah koin asli telah melarikan diri dari angkatan bersenjata?
Pada tahun 2008, seorang tokoh misterius yang menggunakan nama samaran "Satoshi Nakamoto" menerbitkan White Paper Bitcoin, yang segera menarik perhatian di seluruh dunia. Bapak Bitcoin ini dengan cepat membangun komunitas yang sedang berkembang pesat, tetapi aktivitas publiknya tiba-tiba terhenti.
Pada bulan Desember 2010, sebuah peristiwa penting menjadi titik balik pengunduran diri Satoshi Nakamoto. Saat itu, WikiLeaks, setelah saluran donasi tradisionalnya diblokir oleh pemerintah AS, mulai menerima donasi Bitcoin. Keputusan ini memicu sorakan di komunitas Bitcoin, tetapi Satoshi Nakamoto sangat menentangnya. Ia merasa bahwa tindakan ini terlalu cepat menarik perhatian pemerintah, seperti "menusuk sarang tawon" yang sangat berbahaya.
Kemudian, Satoshi Nakamoto memulai persiapan untuk mundur. Ia pertama-tama menghapus profil pribadinya di situs web, lalu menyerahkan hak pengelolaan kepada kontributor inti. Pada April 2011, ia mengirimkan email publik terakhir, meminta dunia untuk menghentikan pengagungannya.
Pada tahun 2014, seorang insinyur keturunan Jepang bernama Dorian Nakamoto salah dianggap sebagai pendiri Bitcoin. Namun, Satoshi yang sebenarnya segera mengklarifikasi melalui email: "Saya bukan Dorian." Ini menjadi pernyataan publik terakhirnya. Sejak itu, selain beberapa informasi kacau yang dikeluarkan dari akun-akun yang diduga diretas, Nakamoto tidak memberikan pernyataan resmi lagi.
Kehilangan Satoshi Nakamoto bukanlah kebetulan, melainkan keputusan yang matang. Ketidakberdayaan yang selektif ini bukan hanya untuk melindungi ide desentralisasi Bitcoin, tetapi juga untuk menghindari risiko yang mungkin ditimbulkan oleh perhatian publik.
Sebagai pendiri Bitcoin, identitas Satoshi Nakamoto telah menjadi misteri yang belum terpecahkan. Pengunduran dirinya yang tiba-tiba meninggalkan banyak pertanyaan, serta menambah lapisan misteri pada Bitcoin. Meskipun identitas aslinya masih merupakan teka-teki, warisan yang ditinggalkannya—Bitcoin dan teknologi blockchain—terus memiliki dampak yang mendalam di seluruh dunia.
Kisah Satoshi Nakamoto mengingatkan kita bahwa terkadang para inovator memilih untuk berada di balik layar, mungkin agar ciptaan mereka dapat berkembang secara alami tanpa pemujaan pribadi. Pendekatan ini mungkin dapat lebih baik mewujudkan konsep desentralisasi, menjadikan teknologi itu sendiri sebagai tokoh utama.