
(Sumber: Pete Kiehart / Bloomberg News)
Setelah 40 hari menghadapi ancaman penutupan, pemerintah federal Amerika Serikat akhirnya memperoleh kelegaan. Pada November 2025, usai negosiasi bipartisan yang intens, Senat menyetujui perjanjian pendanaan sementara dan mengakhiri penutupan terlama sepanjang sejarah. Perjanjian ini memperpanjang pendanaan pemerintah hingga 30 Januari 2025, memberikan waktu singkat untuk diskusi fiskal lanjutan. Bagi Washington, ini adalah kompromi yang terpaksa diambil demi kebutuhan politik; bagi pasar, momen ini menghadirkan stabilitas yang sangat dibutuhkan.
Fokus utama perjanjian ini adalah memberikan bantuan segera. Selain memperpanjang pendanaan, perjanjian ini juga memuat sejumlah amandemen simbolis:
Strategi ini mencerminkan pola kompromi politik bertahap: menunda kebijakan kontroversial demi menjaga stabilitas institusi dalam jangka pendek.
Partai Demokrat menghadapi ujian ketahanan dan mengalami titik balik strategis akibat penutupan ini. Meski pada awalnya partai menuntut agar reformasi layanan kesehatan dipertahankan, perlawanan kuat dari pendukung Trump dan kelompok konservatif membuat mereka memilih kompromi taktis—memulihkan kembali fungsi pemerintahan dengan memisahkan isu layanan kesehatan.
Beberapa kalangan progresif menilai langkah ini terlalu jauh, namun Partai Demokrat arus utama menegaskan bahwa kompromi politik mutlak diperlukan dalam pemerintahan. Di tengah inflasi yang tinggi dan volatilitas pasar, penutupan pemerintah dinilai jauh lebih merugikan daripada memprioritaskan tata kelola pemerintahan di atas isu kebijakan tertentu. Partai kini menggeser fokus dari strategi berbasis isu menuju prioritas pada tata kelola, menunjukkan pendekatan politik yang lebih pragmatis dan realistis.
Penutupan selama 40 hari bukan sekadar penghentian administrasi—melainkan sinyal kerusakan lebih dalam pada kepercayaan institusional. Pembekuan anggaran memaksa departemen federal menghentikan operasional, menunda rilis data ekonomi, menghambat keputusan bisnis, serta mengganggu bantuan sosial.
Keterlambatan operasional pemerintah ini lebih berdampak ke kepercayaan pasar ketimbang biaya fiskal langsung. Data American Federation of Government Employees menunjukkan lebih dari 800.000 pegawai federal mengalami keterlambatan gaji selama penutupan. Layanan transportasi umum dan bantuan sosial pun terhenti di berbagai wilayah. Kongres menghadapi risiko politik sekaligus peringatan serius atas integritas struktur tata kelola negara.
Begitu perjanjian dicapai, kontrak berjangka S&P 500 langsung melonjak. S&P 500 futures naik lebih dari 1,2%, mencerminkan minat investor yang tinggi terhadap stabilitas jangka pendek. Para analis menilai, meskipun solusi ini tidak menyentuh akar persoalan anggaran, peristiwa ini menegaskan bahwa mekanisme institusional masih mampu menjembatani polarisasi politik. Mayoritas pengamat memperkirakan jeda ini akan dimanfaatkan untuk negosiasi anggaran akhir tahun. Situasi ini juga memberikan landasan lebih jelas bagi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve.
Berakhirnya penutupan pemerintah menegaskan ketahanan sistem politik AS di tengah tekanan—namun sekaligus memperlihatkan sisi rapuhnya. Sifat sementara dari perjanjian ini menunjukkan bahwa krisis hanya tertunda, bukan terselesaikan. Di Washington, konsensus biasanya tercapai setelah kelelahan dan tekanan tinggi. Sementara pelaku pasar harus membangun ulang kepercayaan di tengah ketidakpastian. Ketika tata kelola yang efektif semakin jarang, kompromi politik kini menjadi faktor utama stabilitas keuangan.





