Menurut rumah webmaster pada 30 Oktober, menurut survei global yang dilakukan oleh ISACA (Information Systems Audit and Control Association), 32% perusahaan di responden Asia secara eksplisit mengizinkan penggunaan AI generatif, 11% mengatakan mereka memiliki kebijakan komprehensif yang jelas, dan 30% mengatakan mereka tidak memiliki kebijakan yang relevan dan tidak ada rencana untuk merumuskannya. Namun, lebih dari 42% responden mengatakan karyawan masih menggunakannya, sementara 30% lainnya mengatakan mereka tidak yakin. Karyawan di Asia diketahui menggunakan AI generatif dalam berbagai cara, termasuk membuat konten teks (67%), meningkatkan produktivitas (41%), layanan pelanggan (misalnya, chatbots) (30%), mengotomatiskan tugas berulang (28%), dan meningkatkan pengambilan keputusan (23%). Survei yang berjudul "Generative AI2023: An ISACA Pulse Poll," melibatkan para profesional kepercayaan digital dari seluruh dunia, termasuk lebih dari 660 profesional yang bekerja di bidang keamanan siber, audit TI, tata kelola, privasi, dan manajemen risiko di seluruh Asia. Survei ini berfokus pada penggunaan karyawan, pelatihan, implementasi etis, manajemen risiko, eksploitasi kekuatan yang bermusuhan, dan dampak pada pekerjaan AI generatif.