Kemarin saat data non-farm dirilis, pasar sempat terdiam sebentar.

Jumlah pekerjaan bulan September turun lebih tajam dari perkiraan, tingkat pengangguran juga secara tak terduga meningkat, secara makro tampak tidak begitu bagus. Seharusnya saat seperti ini aset berisiko harusnya ikut jatuh, tetapi Bitcoin justru tetap stabil di sekitar 64.000 dolar AS, tidak benar-benar ambruk.

Di balik ini sebenarnya ada logikanya. Pelemahan data non-farm mengindikasikan ekonomi mungkin sedang melambat, pasar secara alami akan memperkirakan bahwa Federal Reserve dalam waktu dekat tidak akan berani melakukan pengetatan kebijakan. Untuk aset kripto, ini malah bisa menjadi sinyal positif—biaya pendanaan yang mulai melonggar dapat membuat dana kembali mengalir ke aset berisiko. Tentu saja, fluktuasi sentimen jangka pendek tidak bisa dihindari, para pelaku utama paling mahir menggunakan data makro untuk membuat skenario, sekaligus menyapu keluar sejumlah panik jual.

Sekarang harus bagaimana?

Jangan terbawa emosi. Data yang lemah tidak berarti pasar bullish sudah berakhir, malah bisa memperpanjang jangka waktu ekspektasi pelonggaran.

Perhatikan pernyataan pejabat Federal Reserve. Jika mereka cenderung dovish, mata uang utama bisa dipertimbangkan untuk diakumulasi secara bertahap.

Manajemen posisi harus teratur. Jangan mudah tergoda untuk melepas posisi di level support utama, sering masuk keluar bisa membuat tereliminasi.

Sejujurnya, data kali ini lebih mirip dengan "berita buruk yang sudah habis". Pelaku utama kemungkinan besar memanfaatkan peluang ini untuk menyesuaikan distribusi chip, semakin panik investor ritel, semakin baik mereka mengumpulkan keuntungan. Dalam pasar bullish, penurunan drastis seperti ini sering terjadi, menjaga posisi jauh lebih penting daripada buru-buru buy high sell low. Dalam jangka pendek mungkin akan ada fluktuasi, tetapi ekspektasi perubahan kebijakan masih ada, dan tren pasar di semester kedua tetap patut ditunggu.