Ada hal liar yang sedang terjadi di ruang perdagangan inflasi saat ini. Para trader yang bertaruh pada pergerakan inflasi AS sedang berebut untuk menjalankan strategi cadangan yang sebenarnya belum pernah mereka uji dalam kondisi pasar nyata.

Pemicu utamanya? Data CPI yang hilang. Ya, kamu tidak salah dengar. Ketika angka Consumer Price Index tidak dirilis seperti yang diharapkan, para pelaku pasar ini harus beralih ke indikator dan model alternatif. Masalahnya, sebagian besar metode cadangan ini tidak punya rekam jejak sama sekali di lingkungan perdagangan nyata.

Coba bayangkan. Mereka membangun seluruh strategi mereka hanya berdasarkan satu set data. Sekarang mereka terpaksa berimprovisasi dengan metrik sekunder—seperti deflator PCE, angka penjualan ritel, atau proksi pertumbuhan upah. Masing-masing punya keunikan dan jeda waktunya sendiri.

Apa yang membuat ini jadi riskan? Tidak ada yang tahu bagaimana pendekatan yang belum teruji ini akan bekerja saat uang sungguhan dipertaruhkan. Ini seperti menerbangkan pesawat dengan instrumen yang hanya pernah kamu baca di buku manual. Model teoritisnya memang terlihat solid di atas kertas. Tapi pasar tidak peduli dengan teori saat volatilitas melanda.

Bagi siapa pun yang memperhatikan tren makro—terutama di aset berisiko seperti kripto—ini menambah lapisan ketidakpastian baru. Ekspektasi inflasi mendorong spekulasi kebijakan The Fed, yang berimbas ke segalanya mulai dari obligasi hingga Bitcoin. Ketika infrastruktur data goyah, kepercayaan pasar juga ikut terguncang.

Para trader pada dasarnya sedang melakukan eksperimen buta dengan modal mereka sekarang. Ada yang akan beruntung. Yang lain? Tidak begitu.